1.
PENDAHULUAN
Test Slump atau orang biasa mengatakan "Slump Test" adalah pengetesan terhadap
kekentalan campuran beton yang siap dituang kedalam cetakan atau bekisting. Dengan
melakukan test ini kita mengetahui kandungan air yang ada didalam adukan beton
tersebut. Apakah kadar airnya terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Nilai
Slump biasanya ditetapkan dalam Desain Campuran Beton atau dalam Spesifikasi
Teknis Pekerjaan Pengecoran. Contoh penentuan Nilai slump yang biasa di
terapkan di lapangan :
a.
8 ± 2 ; artinya nilai slump yang
diperbolehkan adalah minimal delapan dikurangi dua dan maksimal delapan
ditambah dua. Atau dengan kata lain nilai slump yang diperbolehkan antara 6 cm
sampai dengan 10 cm.
b.
10 ± 2 ; artinya nilai slump yang
diperbolehkan adalah minimal sepuluh di kurangi dua dan maksimal sepuluh
ditambah dua. Atau dengan kata lain nilai slump yang diperbolehkan antara 8 cm
sampai dengan 12 cm.
c.
12 ± 2 ; artinya nilai slump yang
diperbolehkan adalah minimal duabelas di kurangi dua dan maksimal duabelas
ditambah dua. Atau dengan kata lain nilai slump yang diperbolehkan antara 10 cm
sampai dengan 14 cm.
Nilai
slump dibawah 10 cm biasanya kondisi campuran beton cukup kental.
Nilai
slump 11 cm sampai 13cm biasanya campuran beton dalam kondisi sedang.
Nilai
slump diatas 14 cm biasanya menunjukkan campuran beton terlalu encer.
2. TUJUAN
Tujuan
dilakukannya slump test adalah untuk mengetahui apakah kadar air dalam campuran
beton sudah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh spesifikasi teknis.
Nilai slump
akan sangat berpengaruh kepada hasil kuat tekan beton. Semakin kecil nilai
slump testnya kekuatan beton yang didapatkan akan semakin tinggi. Begitu pula
sebaliknya, semakin tinggi nilai slumpnya maka kemungkinan menurunnya kualitas
kuat tekan beton juga akan semakin besar.
Yang di
maksut kuat tekan beton adalah kekuatan karakteristik beton setelah dilakukan
pengetesan. Biasanya di sebut dengan K-300, K-400 jika menggunakan benda uji kubus. Jika menggunakan benda uji
silinder maka contoh kekuatannya adalah Fc 25; Fc 30; Fc 35.
Selain itu
nilai slump juga berpengaruh terhadap kemudahan pekerjaan pengecoran
(workability). Semakin rendah nilai slumpnya atau semakin kental campuran
beton, maka penuangan campuran beton ke dalam cetakan (bekisting) akan semakin
susah. Sebaliknya semakin tinggi nilai slumpnya atau semakin encer campuran
beton, maka penuangan campuran beton ke dalam cetakan (bekisting) akan semakin
mudah.
Untuk itu
yang paling baik adalah diambil nilai slump sedang, sehingga tidak mengurangi kasil
kekuatan tekan beton namun secara pekerjaan juga mudah.
Namun ada
kondisi tertentu yang mengharuskan untuk menggunakan nilai slump rendah;
seperti untuk beton dengan karakteristik kuat tekan beton tinggi diatas Fc 40.
Selain itu
Faktor metode pengecoran juga akan menjadi pertimbangan dalam menentukan nilai
slump dilapangan. Misalnya : untuk pengecoran dengan menggunakan talang
(pengecoran langsung); maka nilai slum dibawah 12 cm masih mudah dilaksanakan.
Namun juka
metode pengecoran menggunakan pompa (concrete pump) disarankan untuk
menggunakan slump diatas 12 cm. Resikonya jika slump terlalu kecil maka beton
akan susah di pompa dan yang terjadi pipa untuk saluran beton menjadi buntu.
3. PERALATAN
Adapun alat
yang digunakan untuk melaksanakan uji slump yaitu :
a.
Kerucut
Abrams ; yaitu benda berbentuk kerucut yang terbat dari pelat besi stainless dan
meiliki kupingan di kanan dan kiri kerucut
b.
Tongkat
besi polos dengan panjang 60 cm dan diameter 16 mm
c.
Plat
besi stainless persegi yang berukuran lebih besar dari Kerucut Abrams.
d.
Mistar/plat
besi
e.
Meteran
3 atau 5 meter
4. TEST SLUMP
Test slump dilakukan sebelum adukan
betondituangkan ke dalam cetaka atau bekesting. Sebelum dilakukan pengambilan
test slump pastikan adukan beton didalam Truck mixer yang baru datang diaduk
terlebih dahulu (diputar molennnya) agar campuran beton betul-betul merata.
Berikut adalah tahapan dalam pelaksanaan test slump :
a.
Tuang
campuran beton dari Truck Mixer ke dalam kotak atau gerobak sorong yang sudah
di sediakan
b.
Letakkan
Kerucut Abrams di atas plat persegi dan pastikan dalam kondisi yang datar. Tidak
boleh miring
c.
Isi
kerucut dengan menggunakan sendok beton sepertiga bagian, kemudian tusuk-tusuk
dengan tongkat besi sebanyak 25 kali secara merata. Tujuan dilakukan penusukan
adalah untuk menghilangkan gelembung udara dan memadatkan campuran beton.
d.
Lakukan
langkah yang sama untuk dua pertiga bagian isi kerucut dan terakhir lakukan sampai
dengan kerucut terisi penuh
e.
Setelah
kerucut terisi penuh dan sudah ditusuk 25 kali, langkah selanjutnya adalah
meratakan permukaan beton dengan mistar besi. Permukaan beton harus rata dengan
ketinggian kerucut Abrams
f.
Tarik
ke atas kerucut abrams dengan memegang kupingan kerucut dan menginjak plat
persegi alas kerucut. Posisi tubuh membungkuk agar pada saat mengangkat kerucut
tidak merusak bentuk daripada cetakan beton. Pengangkatan kerucut juga harus
pelan-pelan dan tidak boleh digoyang.
g.
Letakkan
kerucut tepat di samping beton yang sudah tercetak, kemudian letakkan tongkat
besi atau mistar besi ddi atas kerucut dan melewati atas beton yang sudah
tercetak.
h.
Ukur
jerak antara permukaan beton yang sudah tercetak terhadap tinggi kerucut. Nilai
hasil pengukuran tersebut adalah Nilai Slump yang di dapatkan. MIsalnya 8 cm,
10 cm atau 12 cm.
i.
Jika
sudah selesai pastikan untuk mencuci bersih peralatan agar pada saat digunakan
kembali dalam kondisi bersih dan tidak mengurangi keakuratan hasil pengambilan
test.
Figure 1. Pengujian Nilai Slump
Terbaca Nilai Slump 4 cm; Artinya Beton Terlalu Kental
5. KESIMPULAN HASIL TEST
Dari
hasil test tersebut maka akan didapatkan suatau angka yang akan di bandingan
dengan Spesifikasi Teknis yang sudah ditetapkan dalan suatu pekerjaan. Jika
didapatkan nilai slump yang lebih rendah daripada ketentuan, maka campuran
beton bisa ditambahkan air kemudian diasuk sampai merata dan dilakukan
pengambila Test Slump ulang. Penambahan air tini tidak boleh dilakukan secara
sembarangan, namun harus terukur.
Namun
demikian jika nilai slump terlalu tinggi daripada spesifikasi maka Pengawas
atau QC di perbolehkan untuk menolak campuran beton tersebut agar tidak boleh
digunakan untuk melakukan pengecoran. Hal ini dikarenakan dengan nilai slump
beton yang terlalu tinggi ( beton encer) dimungkinkan hasil kuat tekan beton
akan turun dan berakibat fatal pada struktur bangunan.
Dengan demikian sangat penting sekali Test
Slump ini dilakukan untuk menjaga kualitas campuran beton yang akan digunakan
untuk melakukan pekerjaan pengecoran.
No comments:
Post a Comment