Sunday, October 28, 2018

Tes Slump Pada Beton

1. PENDAHULUAN

    Test Slump atau orang biasa mengatakan "Slump Test" adalah pengetesan terhadap kekentalan campuran beton yang siap dituang kedalam cetakan atau bekisting. Dengan melakukan test ini kita mengetahui kandungan air yang ada didalam adukan beton tersebut. Apakah kadar airnya terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Nilai Slump biasanya ditetapkan dalam Desain Campuran Beton atau dalam Spesifikasi Teknis Pekerjaan Pengecoran. Contoh penentuan Nilai slump yang biasa di terapkan di lapangan :

a.    8 ± 2 ; artinya nilai slump yang diperbolehkan adalah minimal delapan dikurangi dua dan maksimal delapan ditambah dua. Atau dengan kata lain nilai slump yang diperbolehkan antara 6 cm sampai dengan 10 cm.

b.    10 ± 2 ; artinya nilai slump yang diperbolehkan adalah minimal sepuluh di kurangi dua dan maksimal sepuluh ditambah dua. Atau dengan kata lain nilai slump yang diperbolehkan antara 8 cm sampai dengan 12 cm.

c.    12 ± 2 ; artinya nilai slump yang diperbolehkan adalah minimal duabelas di kurangi dua dan maksimal duabelas ditambah dua. Atau dengan kata lain nilai slump yang diperbolehkan antara 10 cm sampai dengan 14 cm.

Nilai slump dibawah 10 cm biasanya kondisi campuran beton cukup kental.
Nilai slump 11 cm sampai 13cm biasanya campuran beton dalam kondisi sedang.
Nilai slump diatas 14 cm biasanya menunjukkan campuran beton terlalu encer.

2. TUJUAN

    Tujuan dilakukannya slump test adalah untuk mengetahui apakah kadar air dalam campuran beton sudah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh spesifikasi teknis.
Nilai slump akan sangat berpengaruh kepada hasil kuat tekan beton. Semakin kecil nilai slump testnya kekuatan beton yang didapatkan akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi nilai slumpnya maka kemungkinan menurunnya kualitas kuat tekan beton juga akan semakin besar.
Yang di maksut kuat tekan beton adalah kekuatan karakteristik beton setelah dilakukan pengetesan. Biasanya di sebut dengan K-300, K-400 jika menggunakan  benda uji kubus. Jika menggunakan benda uji silinder maka contoh kekuatannya adalah Fc 25; Fc 30; Fc 35.
Selain itu nilai slump juga berpengaruh terhadap kemudahan pekerjaan pengecoran (workability). Semakin rendah nilai slumpnya atau semakin kental campuran beton, maka penuangan campuran beton ke dalam cetakan (bekisting) akan semakin susah. Sebaliknya semakin tinggi nilai slumpnya atau semakin encer campuran beton, maka penuangan campuran beton ke dalam cetakan (bekisting) akan semakin mudah.
Untuk itu yang paling baik adalah diambil nilai slump sedang, sehingga tidak mengurangi kasil kekuatan tekan beton namun secara pekerjaan juga mudah.
Namun ada kondisi tertentu yang mengharuskan untuk menggunakan nilai slump rendah; seperti untuk beton dengan karakteristik kuat tekan beton tinggi diatas Fc 40.
Selain itu Faktor metode pengecoran juga akan menjadi pertimbangan dalam menentukan nilai slump dilapangan. Misalnya : untuk pengecoran dengan menggunakan talang (pengecoran langsung); maka nilai slum dibawah 12 cm masih mudah dilaksanakan.
Namun juka metode pengecoran menggunakan pompa (concrete pump) disarankan untuk menggunakan slump diatas 12 cm. Resikonya jika slump terlalu kecil maka beton akan susah di pompa dan yang terjadi pipa untuk saluran beton menjadi buntu.

3. PERALATAN

    Adapun alat yang digunakan untuk melaksanakan uji slump yaitu :
a.    Kerucut Abrams ; yaitu benda berbentuk kerucut yang terbat dari pelat besi stainless dan meiliki kupingan di kanan dan kiri kerucut
b.    Tongkat besi polos dengan panjang 60 cm dan diameter 16 mm
c.    Plat besi stainless persegi yang berukuran lebih besar dari Kerucut Abrams.
d.    Mistar/plat besi
e.    Meteran 3 atau 5 meter

4. TEST SLUMP 

 Test slump dilakukan sebelum adukan betondituangkan ke dalam cetaka atau bekesting. Sebelum dilakukan pengambilan test slump pastikan adukan beton didalam Truck mixer yang baru datang diaduk terlebih dahulu (diputar molennnya) agar campuran beton betul-betul merata. Berikut adalah tahapan dalam pelaksanaan test slump :
a.    Tuang campuran beton dari Truck Mixer ke dalam kotak atau gerobak sorong yang sudah di sediakan
b.    Letakkan Kerucut Abrams di atas plat persegi dan pastikan dalam kondisi yang datar. Tidak boleh miring
c.    Isi kerucut dengan menggunakan sendok beton sepertiga bagian, kemudian tusuk-tusuk dengan tongkat besi sebanyak 25 kali secara merata. Tujuan dilakukan penusukan adalah untuk menghilangkan gelembung udara dan memadatkan campuran beton.
d.    Lakukan langkah yang sama untuk dua pertiga bagian isi kerucut dan terakhir lakukan sampai dengan kerucut terisi penuh
e.    Setelah kerucut terisi penuh dan sudah ditusuk 25 kali, langkah selanjutnya adalah meratakan permukaan beton dengan mistar besi. Permukaan beton harus rata dengan ketinggian kerucut Abrams
f.     Tarik ke atas kerucut abrams dengan memegang kupingan kerucut dan menginjak plat persegi alas kerucut. Posisi tubuh membungkuk agar pada saat mengangkat kerucut tidak merusak bentuk daripada cetakan beton. Pengangkatan kerucut juga harus pelan-pelan dan tidak boleh digoyang.
g.    Letakkan kerucut tepat di samping beton yang sudah tercetak, kemudian letakkan tongkat besi atau mistar besi ddi atas kerucut dan melewati atas beton yang sudah tercetak.
h.    Ukur jerak antara permukaan beton yang sudah tercetak terhadap tinggi kerucut. Nilai hasil pengukuran tersebut adalah Nilai Slump yang di dapatkan. MIsalnya 8 cm, 10 cm atau 12 cm.
i.      Jika sudah selesai pastikan untuk mencuci bersih peralatan agar pada saat digunakan kembali dalam kondisi bersih dan tidak mengurangi keakuratan hasil pengambilan test.

Figure 1. Pengujian Nilai Slump
Terbaca Nilai Slump 4 cm; Artinya Beton Terlalu Kental


5. KESIMPULAN HASIL TEST

   Dari hasil test tersebut maka akan didapatkan suatau angka yang akan di bandingan dengan Spesifikasi Teknis yang sudah ditetapkan dalan suatu pekerjaan. Jika didapatkan nilai slump yang lebih rendah daripada ketentuan, maka campuran beton bisa ditambahkan air kemudian diasuk sampai merata dan dilakukan pengambila Test Slump ulang. Penambahan air tini tidak boleh dilakukan secara sembarangan, namun harus terukur.
Namun demikian jika nilai slump terlalu tinggi daripada spesifikasi maka Pengawas atau QC di perbolehkan untuk menolak campuran beton tersebut agar tidak boleh digunakan untuk melakukan pengecoran. Hal ini dikarenakan dengan nilai slump beton yang terlalu tinggi ( beton encer) dimungkinkan hasil kuat tekan beton akan turun dan berakibat fatal pada struktur bangunan.
 Dengan demikian sangat penting sekali Test Slump ini dilakukan untuk menjaga kualitas campuran beton yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan pengecoran.




Friday, October 26, 2018

Pengetesan Aspal

1. Pendahuluan

    Pengaspalan jalan saat ini masih menjadi salah satu pilihan untuk struktur perkerasan jalan. Untuk jalan-jalan protokol biasanya menggunakan aspal jenis Hot Mix.
Yang di maksut Hot Mix adalah pengadukan campuran aspal didalam tungku pembakaran (Aspal Mixing Plant) secara otomatis dengan menggunakan mesin, sehingga didapatkan campuran aspal yang bagus.
Setelah aspal dihampar dan dipadatkan seuai dengan jumlah lintasan yang sudah di rencanakan maka perlu di ketahui apakah kepadatan rencana yang dharapkan sudah sesuai.

2. Tujuan Pengetesan Aspal

     Adapaun beberapa hal yang ingin diketahui dari hasil pengetesan aspal tersebut antara lain:
  • Mengetahui Kadar Aspal aktual ( dalam persen - %) didalam campuran aspal yang sudah dihampar dan di padatakan di lokasi pengaspalan. Apakah kadar aspal setelah dilakukan pengujian di Laoratorium memenuhi ketentuan dalam desain atau tidak
  • Mengetahui ketebalan Lapis pengasplan yang sudah dilakukan setelah dilakukan pemadatan. Apakah sesuai dengan ketebalan rencana atau tidak
  • Mengetahui kekuatan tekan Aspal dalam kilogram per centimeter persegi. Apakah sudah sesuai dengan desain yang direncakan atau belum, untuk bisa mengakomir beban gandar kendaraan yang sudah dihitung dalam Desain Perkerasan Jalan
Dari hasil pengujian tersebut akan diketahui apakah pekerjaan pengaspalan jalan yang sudah dilakukan oleh kontraktor sudah sesuai dengan Spesifikasi teknis yang tertuang dalam Kontrak Kerja atau belum.
Jika terjadi penyimpangan maka harus dilakukan perbaikan segera untuk dilakukan perbaikan sebelum Pekerjaan di Serah Terimakan  (Hand Over) kepada Pemberi Kerja.


3. Cara Pengambilan Sample di Lapangan
    Pengambilan benda uji atau sample dilapangan dilakukan dengan alat yang bernama Core Drill Aspal. Alat ini mempunyai mata pisau berbentuk lingkaran dengan diameter tertentu untuk memotong aspal dan kemudian mengambil benda uji yang di butuhkan.

4. Jumlah Pengambilan Sample
     Pengambilan benda uji atau sample biasanya sudah disepakati dalam spesifikasi. Misalnya setiap 25 meter panjang jalan atau setiap 50 meter panjang jalan. lokasi pengambilannya pun bisa dilakukan dengan zig-zag untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

5. Pengetesan Sample di Laboratorium
    Setelah benda uji atau sample diambil kemudian dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan pengetesan antara lain :
  • Kadar Aspal / Ektraksi
  • Kepadatan
  • Berat benda uji
  • Kuat tekan
Untuk detail pengetesan masing-masing benda uji akan ditulis dalam bagian terpisah dari blog ini.
Silahkan like, share & comment jika tulisan ini membantu pengetahuan anda.
Terimakasih.




Tuesday, October 23, 2018

Pemadatan Tanah


1. Pendahuluan

Pemadatan tanah adalah suatu kegiatan yang betujuan untuk memadatkan tanah pada suatu lokasi dikarenakan diatas tanah tersebut akan didirikan bangunan dan gedung atau suatu konstruksi lainya seperti jalan dan lain-lain. 
Selain itu pemadatan tanah juga identik dengan pekerjaan pondasi dimana setelah pondasi selesai dibuat, selanjutnya ditimbun kembali dengan tanah dan dilakukan pemadatan tanah pada lokasi penimbunan tersebut.

Tujuan dilakukan pemadatan tanah adalah untuk mengurangi rongga udara dan kadar air didalam tanah tersebut. Suatu gumpalan tanah pasti terdiri dari tanah itu sendir, udara dan air. Agar tanah bisa padat maka udara dan air harus dikeluarkan dari dalam tanah tersebut.

Untuk menghilangkan rongga udara dan air bisa dilakukan dengan cara ditekan dan di tumbuk. Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal tanah yang digunakan untuk penimbunan harus dengan kondisi kadar air yang optimum, tidak boleh terlalu basah maupun terlalau kering. Kondisi optimum ini biasanya bisa diketahui dengan analisis data laboratorium.

2. Jenis-jenis Alat Pemadatan Tanah
 
  • Manual : dengan menggunakan tenaga manusia dibantu balok kayu
  • Jumping Compactor (stamper) 

    • Biasanya di gunakan untuk pemadatan diarea yang sempit seperti di samping pondasi bangunan dan memebutuhkan kepadatan yang tinggi.
    •  
  • Plate Compactor (stamper kodok)
    • Biasa digunakan untuk pemadatan diarea yang sempit dan dengan syarat kepadatan sedang
  • Vibrator Roller (Compactor) - Smooth Type (roda besi halus)
    • Biasa digunakan untuk pemadatan area yang luas

  • Vibrator Roller (Compactor) - Sheep Foot Type ( roda besi kasar)
    • Biasa digunakan untuk pemadatan area yang luas dan untuk mempercepat kepadatan tanah sebagai alat pendukung Vibrator Roller smooth type

3. Pemadatan Tanah dengan Alat Berat.
  
Ada 2 jenis alat berat yang biasa digunakan dalam pemadatan tanah


 
Figure 1. Vibrator Roller Smooth Type



 

Figure 2. Vibrator Roller Sheep Foot Type


Kedua alat diiatas biasanya digunakan untuk pemadatan tanah dengan volume yang cukup banyak. Setelah tanah timbunan diratakan maka Sheep Foot type akan melakukan pemadatan awal. Setelah beberapa pasing maka selanjutnya pemadatan dilanjutkan dengan Smooth type untuk mendapatkan permukaan yang rata.
Kedua alat tersebut dilengkapi dengan mesin penggetar sehingga tanah yang diinjak dengan getaran akan lebih cepat padat.

Namun demikian ada kalanya pemadatan tanah hanya menggunakan 1 jenis alat berat yaitu Vibrator Roller smooth type. Hal ini tergantung metode kerja dan budget yang dialokasikan untuk pekerjaan timbunan tanah yang akan dilakukan.


Untuk mengetahui tingkat kepadatan tanah yang dinginkan bisa dilakukan dengan Sand Cone Test atau Dynamic Cone Penetrometer Test (DCP); yang akan dibahas dibagian terpisah.
DCP Test (Dynamic Cone Penetrometer Test) 




Figure 3. Kombinasi Vibrator Roller Smooth Type & Sheep Foot Type




Figure 4. Kombinasi Vibrator Roller Smooth Type & Sheep Foot Type