Tuesday, September 19, 2017

DCP TEST (Dynamic Cone Penetrometer Test)

Cara mudah dan cepat untuk mengukur tingkat kepadatan tanah dasar (subgrade) atau timbunan tanah adalah dengan metode DCP TEST (Dynamic Cone Penetrometer Test). Metode ini lebih mudah, simple cepat dan cukup akurat di banding dengan menggunakan metode Sand Cone Test.
Metode ini merujuk kepada sitem ASTM D6951 sehingga diakui oleh duni konstruksi dan tidak perlu diragukan lagi. 
ASTM D6951

Untuk pekerjaan timbunan tanah layer per layer dengan ketebalan yang cukup tinggi, metode ini sangat membantu mendapatkan hasil kepadatan tanah, untuk dapat bisa melanjutkan penimbunan ke tahap berikutnya.

Berikut beberapa foto pengambilan data kepadatan tanah dengan menggunakan metode DCP Test.
Pelaksanaan DCP Test
Pengambilan data Test disarankan sampai dengan kedalaman 50 cm sampi dengan 60 cm untuk bisa mewakili hasinya. Namun jika kedalaman penetrasi per pukulan sudah tidak terlalu besar sebelum mencapai kedalaman 50 cm; pengetesan dapat dihentikan dan dilakukan perhitungan.
Setelah didapatkan data kedalaman penetrasi cone tiap masing-masing pukulan (blow) kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan harga CBR sesuai dengan tabel di bawah.

Tabel CBR (mm/blow = % CBR)



Contoh Tabel : Data Hasil Pengetesan DCP


Sunday, September 17, 2017

Perkuatan Tanah dengan Semen (Soil Stabilization with Cement)

Dengan semakin banyaknya pembangunan di segala sektor membutuhkan semakin banyak pula alterlatif teknologi untuk bisa memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut. Salah satunya adalah teknologi untuk meningkatkan kekuatan tanah dimana dibutuhkan struktur tanah yang lebih kuat untuk bisa menopang beban kedaraan yang bergerak dilintasan jalan.
Disini kita akan coba membahas mengenai cara meningkatkan Kekuatan Tanah/CBR (california bearing ratio) dengan menggunakan metode stabilisasi semen. Cara ini dilakukan untuk bisa mendapatkan nilai CBR tanah yang lebih tinggi sehingga tidak dibutukan lapisan aggregate Kelas B atau Kelas C dalam pembuatan strucktur jalan.
Untuk dareah di Indonesia seperti di Pulau Jawa dan pulau lain yang sumber daya alam untuk aggregate kelas B dan kelas C terbilang banyak, mungkin cara ini kurang efisien. Namun demikian untuk daerah luar Jawa yang tidak punya sumber daya alam dan akses yang cukup jauh/sulit untuk mendatangkan material aggregate kelas B dan kelas C; metode ini menjadi efisien. 
Tanah yang akan distabilisasi harus dipadatakan sehingga mendapatkan nilai CBR 5%. Untuk mendapatkan nilai CBR 5% compacted untuk daerah timbunan rawa biasanya mendatangkan tanah import dari areal terdekat. Material tanah timbunan yang akan di pakai harus di Test di laboratorium dan dilakukan trial mix. Material timbunan yang biasa digunakan adalah berjenis Silty Clay.
Setelah timbunan tanah mencapai kepadatan CBR 5%, komposisi pencampuran semen adalah sekitar 3% dari berat jenis tanah setelah di padatkan. Biasanya prosentase semen yang di gunakan sekitar 20~25kg/m2; tergantung dari hasil Lab. Selanjutnya adalah mencampur tanah dan semen dengan kedalaman 30 cm.
Untuk mendapatkan lapisan yang kedap air, bisa di tambahkan bahan kimia cair setelah tanah di aduk/dicampur. Fungsi bahan kimia ini adalah agar jika ada air tidak meresap kedalam tanah dan merusak strucktur daripada tanah tersebut.
Selanjutnya adalah tahap pembentukan permukaan tanah dengan Grader dan pemadatan. Segera setelah di padatakan area yang sudah di stabilisasi harus ditutup dan tidak boleh dilalui selam 7 hari minimal. Dalam kurun waktu 7 hari tersebut harus dilakukan penyiraman air jika cuaca tidak ada hujan. Fungsi daripada air penyoraman adalah sebagai curing time atau menguragi panas hidrasi semen.
Setelah umur 7 hari bisa dilakukan pengetesan CBR dengan profing ring dan hasilnya bisa mencapai CBR 45 %.
Stability Tanah dengan Semen
Hasil Setelah Stabilisasi